Bagaimana Menghadapi Tukang Santet
Assalamu'alaikum pak ustadNujum atau yang disebut-disebut orang santet.. sebenernya saya tidak percaya itu ada, namun banyak yang bilang itu sering dilakukan orang.
Kebetulan ada teman yang kena santet (informasi dari orang pinter katanya). Yang bilang dia kena santet dengan alasan persaingan bisnis. ada tetangga nya yang tidak suka lalu mengirimkan hal yang tidak baik tersebut.
1. apakah benar santet itu ada?
2. bagaimana cara mengatasi/ mencegah agak tidak terkena itu, dan apabila emang itu ada dan terkena itu bagaimana mengatasinya
3. kalopun itu tetangganya itu bener melakukan nya, berarti dia telah melakukan hal yang menyerang ato menzalimi dan ada hak kita untuk membalas
jawaban
Sejak dari awal, urusan santet ini sepenuhnya sudah berlumur dosa. Mulai dari dukun yang memberi informasi tentang adanya 'kiriman' santet dari si fulan dan si fulan, hingga teknik bagaimana mengatasi santet itu sendiri.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Sejak mulai dari informasi (tuduhan) dari si dukun, bahwa ada kiriman santet dari si fulan dan si fulan, informasi ini saja sudah merupakan fitnah besar. Biasanya berisi kebohongan yang berlipat. Benar atau tidak benar informasi itu, yang pasti sumber informasinya sudah pasti jin atau setan. Dan mendapat informasi dari jin atau setan sudah merupakan larangan dan dosa.
Apalagi kalau ternyata info itu salah, dan kebanyakannya memang salah, maka dosa tuduhan yang salah sudah terbayang. Dan inilah fitnah awal dari sebuah santet.
Anggaplah misalnya setan dan jin itu memang punya kekuatan ghaib, sehingga punya kemampuan 'mengirim' penyakit atau penderitaan tertentu, maka sangat besar kemungkinannya semua merupakan konspirasi. Wah, rupanya para jin itu juga jagoan konspirasi. Ya, mereka memang punya mafia layaknya dunia mafioso.
Konspirasi untuk menjerat manusia sudah seringkali mereka lakukan.Biasanyalangkah pertamanya, satu jin mengerjai seseorang, entah dengan cara dibuat takut atau dirasuki.
Langkah berikutnya, mafia jin itu memanfaatkan dukun untuk memberi info bahwa orang yang sering kerasukan jin itu sebenarnya disantet oleh seseorang. Sehingga orang-orang pun berusaha untuk memusuhi orang yang dituduh punya ilmu santet itu. Maka jadilah peperangan hingga saling berbunuhan antara sesama manusia.
Langkah lainnya adalah membisiki para dukun lain untuk melawansantet dengan santet juga. Tapi hebatnya, agar tidak dianggap santet, biasanya diberi embel-embel yang menarik dan menipu. Misalnya, ilmu itu tidak dibilang santet, tetapi berbagai bentuk penghalusan seperti isilah 'ilmu putih'.
Kesannya agak masuk akal, orang-orang aka menganggap bahwa namanya saja ilmu putih, berartiilmu itu ilmu yang baik. Apalagi yang melakukannya orang yang pakai kostum pak haji, lengkap dengan peci haji, sorban, sarung, tasbih, bahkan jubah. Lalu mereka melakukan ritual-ritual aneh seolah-olah sedang bertarung dengan jin.
Padahal jelas sekali ujung-ujungnya, ternyata mereka juga berkolaborasi dengan jin juga.Ternyata yang dibilang sebagaiilmu putih dandianggap baik itu menggunakan kekuatan jin, teman mafia jin yang pertama.
Kalau anda pernah mengerti dunia tender dalam bisnis, mungkin anda pernah dengar adanya kongkalikong antara pejabat dan pengusaha. Walau pun ada keharusan tender, tapi si pengusaha memasukkan tiga proposal dengan nama yang berbeda, padahal ujung-ujungnya sama. Proposal mana pun yang akan menang, tetap saja dia jugayang memenangkan tender itu.
Akal bulus yang sama juga dilakukan oleh mafian jin. Bahkan boleh dibilang justru mereka inilah yang mula-mula mengajarkan teknis licik itu.
Melawan Santet
Buat kita yang beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW, melawan santet yang semata-mata merupakan sihir dari jin tentu sudah jelas caranya, yaitu dengan ruqyah syar'iyah. Dan hanya itulah yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad SAW dan syariah Islamiyah.
Para Ulama mengatakan bahwa ruqyah adalah suatu bacaan dan doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ul Fatawamengatakan bahwaruqyah artinya memohon perlindungan. Dan Sa’ad Muhammad Shadiq menyebutkan bahwa ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul untuk memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya.
Dalil tentang masyru'iyah ruqyah ini ada banyak, di antaranya adalah firman Allah SWT berikut ini:
Dan kami turunkan Al-Qur’an yang dia itu sebagai obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. Al-Isra': 82)
Katakanlah: Dia (Al-Qur’an) bagi orang-orang yang beriman sebagai petunjuk dan obat. (QS. Fushshilat: 44)
Sedangkan dari sunnah nabawiyah, dalil tentang ruqyah syar'iyah antara lain:
Dari Aisyah ra berkata bahwa Nabi SAW pernah meniup untuk dirinya dalam keadaan sakit menjelang wafatnya dengan bacaan Al-Mu’awwidzat, surat Al-Ikhlash dan Al-Mu’awwidzatain. Maka ketika beliau kritis, akulah yang meniupkan bacaan itu dan aku usapkan kedua tangannya ke tubuhnya karena keberkahan tangannya. (HR Bukhari, Muslim).
Dari ‘Asiyah ra berkata bahwaRasulullah SAW bila sakit, jibril meruqyahnya. Ia berkata: “Dengan nama Allah, dia membebaskanmu, dan dari setiap penyakit dia menyembuhkanmu, dan dari setiap orang yang dengki ketika dengki, dari setiap orang yang punya mata berbahaya. (HR.Muslim, dalam Syarah An Nawawi 4/1718)
Dari Ibnu Abbas bahwa wanita datang membawa anaknya pada RasulullahSAW dan berkata ”Wahai rasul, ia terkena penyakir gila”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memantrainya (meruqyah) dan mengusap dadanya, lalu anak itu muntah dan keluar dari mulutnya seperti binatang kecil lalu bergerak.
Ubay ibn Ka’ab berkata: Ketika aku berada di dekat Rasulullah SAW datanglah seorang Arab Badui menemui beliau seraya berkata: “Wahai nabi Allah! Sesungguhnya saudaraku sedang sakit. ”Apa sakitnya” balas Beliau. Ia menjawab, ”Ia kerasukan Jin, wahai nabi Allah.” Kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lagi, ”Bawa saudaramu itu ke sini!”Maka orang itu pun membawakan saudaranya itu kehadapan baliau.
Maka Rasulullah SAW meminta perlindungan kepada Allah untuk diri saudaranya itu dengan membacakan surah Al-Fatihah, empat ayat pertama dari surah Al-Baqarah, dua ayat pertengahan darinya, yaitu ayat yang ke-163 dan ke-164, ayat Kursi, dan tiga ayat yang terakhir dari surat Al-Baqarah tersebut. Kemudian ayat yang ke-18 dari surah Ali ‘Imram, ayat yang ke-54 dari surah al-A’araf, ayat yang ke-116 dari surah al-Mu’minun, ayat yang ketiga dari surah al-Jin, sepuluh ayat pertama dari surah ash-Shaffat, ayat yang ke-18 dari surah Ali ‘Imran, tiga ayat terakhir dari surah al-Hasyr, surah al-Ikhlas, dan mu’awwidzatain (surah Al-Aalaq dan An-Nas).
”Ubay ibn ka’ab menambahkan, ”Andaikata RasulullahSAW tidak mengajarkan hal itu kepada kita, niscaya binasalah kita. Maka, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah mengutus Rasul-Nya sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Para peruqyah qadungan terkadang sulit dibedakan dengan yang sesuai syariah. Tapi untuk membedakanya, ada beberapa trik sederhana. Misalnya dalam hal rujukan dan referesi. Kalau rujukannya adalah kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama yang lurus, seperti kitab Wiqayatul Insan Minal Jinni Wasysyaithan, karya Syeikh WAhid Abdussalam Baali, insya Allah akan terjamin.
Tapi kalau rujukannya merupakan kitab-kitab yang syirik dan menyimpang, biasanya praktek itu bukan ruqyah syar'iyah, hanya cassingnya saja. Mesin di dalamnya tetap saja sihir. Dan bedanya sederhana, adakah jin ikut serta dalam proses itu. Kalau ada jin ikut serta, jelaslah hal itu termasuk dilarang.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
No comments:
Post a Comment